Rabu, 01 April 2009

3 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mengikuti Behavioral Event Interview

BEI atau Behavioral Event Interview adalah salah satu tools yang digunakan dalam Assessment Center. BEI adalah wawancara yang membidik perilaku-perilaku apa yang dilakukan oleh peserta AC di masa lalu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dasarnya berpikirnya adalah past experiences predict future performance, sehingga kesuksesan seseorang di masa depan untuk posisi atau jabatan tertentu diprediksi dari perilaku atau tindakan yang pernah dilakukan sebelumnya. Saya tidak akan membahas dasar teori BEI karena anda dapat menemukan artikel mengenai BEI maupun sampel pertanyaan dan jawaban di banyak situs. Namun demikian ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan peserta BEI, yaitu :
Peserta wawancara (saya akan sebut disini : Asesee) selalu menggunakan kata ganti “kita” dan “kami” meski sudah berkali-kali diingatkan untuk menggunakan kata “aku” atau “saya”. Penggunaan “kita-kami” membuat peranan asesee dalam sebuah kejadian atau peristiwa menjadi sangat kabur sehingga sulit menilai tindakan yang sudah dilakukannya. Tentunya ini sangat merugikan dirinya karena dapat dinilai tidak kompeten.
Saran : Gunakan kata “saya” atau “aku”. Jangan merasa bahwa anda akan dinilai sombong. Jika menceritakan pengalaman anda bekerja dalam sebuah tim, tetap gunakan kata ganti orang pertama. Coba anda rasakan bedanya :
“Dalam task force ini kami bertugas merancang Cost Reduction Program. Kami meeting dengan seluruh departemen dan menjelaskan apa maksud dan tujuan dari program ini. Kami ….”
“Task force ini bertugas merancang Cost Reduction Program. Karena latar belakang saya bidang keuangan, maka saya membuat beberapa model instrumen keuangan dan usulan ini saya ajukan kepada tim. Awalnya sebagian besar anggota tim menolak, saya mendengarkan masukan mereka kemudian saya membuat beberapa penyesuaian dari instrumen tersebut, ….”
See the different?
Kesalahan kedua, asesse tidak menceritakan suatu kejadian secara spesifik. Ini syarat mutlak sebuah BEI. Tanpa hal ini, jawaban yang diberikan asesee menjadi teoritis karena ia tidak mengacu pada kejadian atau peristiwa tertentu. Pewawancara yang baik (saya sebut disini Asessor) tentunya akan mendetilkan hal ini dengan menanyakan : “contoh konritnya bagaimana?” atau “bisa diceritakan lebih spesifik?” bisa juga “kapan kejadian ini berlangsung?” dan berbagai variasi pertanyaan. Terkadang asesse segera menangkap apa yang diharapkan oleh asessor, namun bila ini terus berlangsung sepanjang interview, tentu sangat menyulitkan dalam menilai level kompetensi asesee.
Saran : pilihlah satu kejadian secara spesifik, bukan kejadian yang reguler, lalu ceritakan apa saja tindakan anda. Lihat perbedaan dua contoh berikut :
“Saat berhadapan dengan pelanggan, kita harus bersikap ramah, pelanggan adalah raja, jadi kita harus menservis mereka. Beberapa kali perusahaan juga mengadakan pelatihan mengenai cara menghadapi pelanggan, sehingga ….”
“Saya ingat betul pagi itu, ada seorang ibu yang datang dengan marah-marah, belum pernah ada orang yang memarahi saya sedemikian keras. Jengkel sebenarnya, karena saya sudah merencanakan untuk menyelesaikan tugas yang lain namun saya putuskan untuk mendahulukan pelanggan. Orang yang marah tidak perlu dilayani dengan kemarahan dan pengalaman saya, mereka suka didengarkan dan diberi waktu untuk marah. Jadi, saya persilahkan ibu tersebut duduk dengan sopan dan saya dengarkan keluhannya. Saya tidak membantahnya dan setelah ia puas mengeluarkan unek-uneknya…”
Kesalahan berikutnya adalah, asessee ingin tampil baik (faking good) dengan menyatakan bahwa pekerjaannya selama ini berjalan lancar, mulus, dan ia dapat mengatasi semua kendala yang ada. Misalnya ketika ditanya apakah pernahkah bekerja sama dengan orang yang sulit : “Ah, nggak, selama ini saya selalu berusaha baik dengan semua orang sehingga mereka selalu mau saya ajak bekerja sama.” Atau jawaban sejenisnya. Secara kritis ini patut dipertanyakan. Suatu pekerjaan berjalan lancar dapat disebabkan oleh dua hal, pemegang jabatan yang sudah sangat kompeten atau lingkungan yang sudah sangat kondusif? Jika jawaban pertama, tentunya perlu ada serangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh pemegang jabatan, bukan? Apa pendapat anda jika asessee sendiri tidak mampu menceritakan secara rinci apa saja yang sudah dilakukannya agar semua hal itu berjalan tanpa cacat! Jika jawaban kedua, kualitas seseorang akan teruji jika ia dapat mengatasi berbagai kendala. Semakin sulit dan kompleks sebuah kendala, maka akan semakin tinggi kredit yang diberikan jika ia berhasil mengatasinya. Kredit apa yang bisa diberikan pada asessee yang yang tidak pernah berhadapan dengan kesulitan dalam pekerjaan?
Saran : Pilih peristiwa yang ekstrim, sulit, kompleks (critical incidents) namun sukses dilalui. Jika peristiwa tersebut gagal mendulang sukses, cari hikmah apa yang dapat ditarik dari kejadian tersebut sebagai suatu pelajaran untuk lebih baik di kemudian hari.
Jadi, pertama, gunakan kata “saya” atau “aku”. Kedua, spesifik-spesifik-spesifik. Tiga, cari kejadian-kejadian yang paling kritis (critical incidents) yang pernah diatasi dengan gemilang. Jangan mengunakan berbagai contoh jawaban BEI yang banyak beredar. Nggak keren ah, gali pengalaman pribadi selama dua tahun terakhir, kalau anda tetap tidak menemukannya, yaa…wassalam deh. Lihat juga artikel mengenai : Jenis-jenis Tes dalam Psikotest dan Assessment Center.

3 komentar:

perjakatangguhsweettenan on 25 April 2017 pukul 16.23 mengatakan...

matur suwun,, semoga menjadi berkah buat semuanya,,,

Unknown on 16 Juli 2020 pukul 19.57 mengatakan...

Keren sekali uraiannya. Terima kasih

Unknown on 9 November 2020 pukul 15.22 mengatakan...

Terimakasih ...

Posting Komentar

 
Mitra Inspira Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template