Sabtu, 21 Maret 2009

Profesi yang Dibatasi Gravitasi

Empat tahun yang lalu ketika memutuskan berkarier sebagai independent consultant, saya pikir saya akan memiliki kebebasan dalam bekerja. Bebas memilih pekerjaan dan klien dengan penghasilan lebih tinggi dengan jam kerja yang lebih fleksibel. Saya bayangkan, bekerja selama dua minggu (tidak harus selalu berada di kantor, bahkan bisa saya kerjakan dari rumah!) dengan nominal yang setara dengan pekerjaan satu bulan. Dua minggu selebihnya saya bisa menghabiskan waktu bermain bersama anak saya atau melakukan hal-hal lain yang saya senangi, atau memilih tetap bekerja yang artinya bisa mendapatkan penghasilan dua kali lipat.
Ide yang masuk akal. Pada saat itu. Namun setelah menjalaninya selama 3 tahun ternyata kenaikan penghasilan 2-3 kali lipat dari sebelumnya sama sekali tidak bisa mengejar laju inflasi dan segala tetek bengek yang menyertai kenaikan harga BBM di Indonesia tercinta ini. Hiks.. Snif.. Secepat apapun saya membuat laporan, berapapun tingginya fee yang didapat, saya dibatasi oleh waktu 24 jam/hari – 7 hari/minggu. Ada batas jumlah assesse atau klien yang dapat saya tangani dalam kurun waktu tertentu.
Profesi saya, atau profesi sebagai dokter gigi, konsultan, tukang pijat profesional, ada batas dalam hal jumlah pasien atau klien yang dapat ditangani dalam rentang waktu tertentu. Kerjanya sesuai dengan jam layanan dan kehadirannya sangat diperlukan agar suatu jasa dapat diberikan. Jika sebuah restoran tentu dibatasi oleh ruangan dan jumlah kursi (kecuali restoran franchise yang dapat diduplikasi). Profesi-profesi semacam ini, tak peduli setinggi apapun bayarannya, dalam buku The Black Swan, disebut penghasilan yang tunduk pada gravitasi. Pendapatannya bergantung pada upaya yang terus menerus daripada kualitas pengambilan keputusan. Selain itu dapat diramalkan : ada variasi, namun tidak sampai membuat penghasilan pada suatu hari lebih menonjol dibanding penghasilan pada hari-hari yang lain.
Untuk mengatasinya, keadaan ini harus diubah dari seorang labor person menjadi idea person. Seorang idea person tidak harus bekerja keras, cukup berpikir dengan serius. Anda menjalankan kerja yang sama, entah memproduksi seratus unit atau seribu unit. Misalnya pekerjaan pialang saham. Pekerjaan ini memungkinkan seseorang mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat dalam satu hari namun juga memungkinkannya mengalami kerugian hanya dalam hitungan detik. Sifat yang sama berlaku untuk profesi penulis, pemain film atau artis rekaman. JK Rowling tidak harus menulis buku setiap kali ada orang yang ingin membaca karyanya karena bukunya sudah dicetak jutaan copy. Titi DJ tidak perlu hadir setiap kali lagunya dimainkan, cukup membiarkan sound engineer atau anda sendiri yang memutarkan cd-nya. Namun demikian, profesi seperti penulis, penyanyi, pemain film dan sejenisnya mensyaratkan orang-orang yang terbaik dan serius di bidangnya untuk dapat membukukan kesuksesan dan melipat gandakan angka nol pada pendapatannya.
Lalu, mana profesi yang lebih aman dan menguntungkan? Ada orang yang lebih suka menjadi pialang, risky namun potensi keuntungan juga lebih besar. Sementara sebagian lagi lebih suka profesi yang aman namun menjanjikan meski menyadari tidak akan menemui lonjakan penghasilan yang besar dalam pekerjaannya. Tidak ada yang salah pada profesi-profesi di atas, pada akhirnya saya berpikir bahwa itu semua harus dikembalikan kepada kebutuhan pribadi masing-masing. Kata Chef Gusteau, your only limit is your soul.
Sebagian sumber tulisan diambil dari buku The Black Swan, Nassim Nicholas Taleb, Gramedia, 2009.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Mitra Inspira Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template