Sabtu, 14 Maret 2009

Krisis = Peluang

Krisis Finansial di Amerika pada sepertiga akhir 2008 diramalkan akan terasa dampaknya di Indonesia pada pertengahan 2009. Namun tampaknya di awal tahun pun keadaan sudah mulai memanas. Beberapa perusahaan saya ketahui sudah mengurangi produksinya, order pertengahan tahun sudah dikerjakan bulan Maret, pekerjaan selebihnya masih gelap. Divisi yang dinilai kurang profit ditutup, dan ada yang sudah mengurangi jam kerja menjadi empat hari seminggu.
Keadaan ini akan mempengaruhi jumlah penerimaan karyawan baru di sejumlah perusahaan, bahkan beberapa lembaga rekrutmen mengeluhkan sepinya order untuk seleksi penerimaan pegawai. Bagi pencari kerja tentunya ini berita buruk mengingat jumlah angkatan kerja baru di Indonesia terus bertambah beberapa ribu setiap tahunnya.
Saya teringat hantaman krisis moneter lebih dari 10 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1997. Waktu itu banyak bank tutup, PHK massal disusul dengan gelombang reformasi. Sebagai fresh graduate saya sangat gelisah. Mau cari kerja dimana? Yang sudah pengalaman saja di PHK, apalagi saya yang baru lulus? Berbulan-bulan saya menunggu panggilan kerja, berpuluh surat lamaran saya kirimkan namun hasilnya nihil.
Sambil menunggu tawaran pekerjaan yang lebih baik, saya bekerja part time di sebuah perusahaan riset pasar. Pekerjaannya nongkrong di mall atau keliling di area yang telah ditentukan untuk melakukan survey dan mewawancarai pengguna produk tertentu. Melelahkan dan membosankan, dan setelah mengerjakan beberapa proyek semangat saya merosot sampai ke titik nol. Rasanya nelangsa sudah capek-capek kuliah di fakultas yang top di perguruan tinggi bergengsi hasilnya hanya keliling-keliling menawarkan tester obat nyamuk semprot untuk dicoba oleh para ibu rumah tangga. Ooh..
Yang namanya orang cemas, pikiran bisa melantur kemana-mana. Saya membayangkan apa jadinya saya 10, 15, 20 tahun lagi? Kapan saya akan mampu mandiri, dan tidak bergantung terus pada orang tua? Koq rasanya hidup begitu tidak adil, bla..bla.. maka saya pun sibuk berkeluh kesah dari atas Metro Mini yang akan membawa saya pulang di sebuah siang yang panas. Tiba-tiba dari kejauhan mata saya terpaku pada seekor kucing yang tengah lari sambil menggondol sepotong paha ayam yang entah disikatnya dari mana. Hati saya tersentak, malu pada Allah. Kucing saja bisa survive. Kucing saja dipelihara dan dijaga oleh Allah, apalagi saya?
Sejak saat itu saya upayakan menjaga pikiran dan perasaan untuk tetap positif, dan terus menerus mensyukuri segala kesempatan, pengalaman, kesulitan, keberkahan yang Allah berikan, juga di saat krisis semacam ini. Kata krisis sendiri dalam aksara China diambil dari dua kata yaitu wei xien (bahaya) dan ji hui (peluang). Alih-alih melihat krisis sebagai suatu ancaman, lebih baik meningkatkan kepekaan kita mengamati perubahan yang tengah berlangsung, bisa jadi akan muncul peluang-peluang baru yang dapat memberikan sumber-sumber penghasilan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Tidak ada yang sehebat manusia dalam berkelit di masa-masa sulit. Meminjam istilah Remy, little chef di Ratatouille, humans, they don’t just survive, they discover, they create. Jadi, ini saatnya kita membuktikan keunggulan ras manusia dan mendapatkan keuntungan dari berbagai ketidak pastian yang ada di sekeliling kita.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Mitra Inspira Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template