Minggu, 15 Februari 2009

Manfaat Mengikuti Aktivitas Ekstrakurikuler

Setiapkali mewawancarai fresh graduates untuk posisi MT atau entry level, saat membaca curriculum vitae yang dilampirkan, saya biasanya dapat memprediksi wawancara seperti apa yang kira-kira akan berlangsung. Betapa berbedanya fresh graduates yang memiliki segudang aktivitas ekstrakurikuler semasa kuliah dengan rekannya yang hanya menempuh perjalanan dari kost-kampus-kost. Para aktivis kampus memiliki variasi pengalaman yang lebih menarik untuk diceritakan sebagai bahan wawancara. Rata-rata mereka lebih pede karena terbiasa bertemu dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda serta memegang posisi-posisi penting di unitnya sebagai ketua umum, ketua panitia, sekretaris jendral dll. Tantangan tugas yang dihadapi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan juga telah mengasah daya juangnya agar tidak mudah menyerah atau putus asa, mengupayakan berbagai cara serta strategi agar proyek yang menjadi tanggung jawabnya dapat terlaksana. Mereka juga terbiasa memutar otaknya saat menghadapi para anggota yang pasif tanpa disadari telah mengasah kemampuan dalam meyakinkan atau mempengaruhi orang lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan kampus.
Bandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa pasif yang kurang mau mengeksplorasi dirinya sehingga tidak banyak yang dapat diceritakan dalam saat menghadapi wawancara kerja. Sedikit sekali celah pertanyaan yang bisa saya ajukan untuk menggali kompetensi dan kepribadiannya, kalaupun ada, biasanya ceritanya kurang bernilai untuk saya masukkan dalam kesimpulan.
Menurut saya pribadi, aktivitas ekstrakurikuler itu penting sekali diikuti semasa mahasiswa, karena dapat melatih sikap-sikap yang positif seperti kepercayaan diri, kepemimpinan, membuka wawasan dan menjalin pergaulan dengan kalangan yang lebih luas. Beberapa orang tua memang saya ketahui kurang setuju jika anaknya aktif terlibat dengan kegiatan-kegiatan di kampus yang terkadang sangat menyita waktu. Salah satu kekhawatirannya adalah kegiatan itu membuat mahasiswa kurang fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai-nilainya serta memperlama masa studinya. Kekhawatiran tersebut memang ada benarnya namun melarang semua kegiatan tanpa dibarengi masukan bagaimana cara mengatur waktu secara cerdas, menurut saya juga bukan sebuah keputusan yang bijak. Ingat, dalam seleksi kerja, IPK memang terkadang menjadi saringan pertama apakah seseorang lolos ke tahap berikutnya atau tidak, namun untuk selanjutnya, sikap positif dan kematangan emosi sangat berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang.
Carilah aktivitas yang sesuai dengan minat, kebutuhan serta ketersediaan waktu. Coba lihat aktivitas-aktivitas apa saja yang ditawarkan di kampus, jika tidak ada yang menarik, coba saja, siapa tahu setelah bergabung ada hal-hal menarik yang membuatmu berubah pikiran. Atau cari aktivitas berorganisasi lain di luar kampus. Setelah bergabung, jangan puas hanya menjadi anggota, cobalah berupaya mendapatkan posisi-posisi yang penting dalam organisasi. Setiap posisi akan mengajarkanmu berbagai keterampilan atau aspek yang berbeda-beda lho, menjadi ketua umum akan lebih mengasah aspek kepemimpinan dan bagaimana mempengaruhi orang lain, sementara menjadi bendahara umum akan mengajarkanmu bagaimana bersikap lebih teliti dan hati-hati dalam membuat keputusan.
Menurut saya pribadi, teori-teori yang kita dapat di sekolah formal lebih banyak mengasah aspek kognitif daripada aspek emosional. Berorganisasi diharapkan dapat melengkapi hal-hal yang tidak kamu peroleh di lembaga pendidikan formal. Memang benar bahwa intelegensi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang diterima pada pekerjaan tertentu. Namun kematangan emosilah yang kemudian hari lebih menentukan dipromosi tidaknya seseorang. Jadi, ayo mengasah emotional intellegence dengan berorganisasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Mitra Inspira Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template